Kata-Kata Motivasi, Kata-Kata Bijak, Kata-Kata Mutiara, Kata-Kata Cinta, Pantun Nasehat, Pantun Jenaka, Contoh Proposal, Contoh Memo, Kata Kata 2016,

Karakteristik Pembelajaran IPA dan Pentingnya Pembelajaran IPA di SD

Pentingnya Pembelajaran IPA di SD

Kita semua dilahirkan dengan rasa ingin tahu yang tidak pernah terpuaskan dan kita semua memiliki peralatan yang memadai untuk memuaskannya. Global warming merupakan car efektif dan alamiah bagi seseorang untuk belajar. Dari sini diketahui bahwa otak seorang anak hingga usia 6-7 tahun adalah seperti spons menyerap berbagai fakta menyerap berbagai fakta, sifa-sifat krisis, dan kerumitan bahasa yang kacau dengan cara yang menyenangkan dan bebas stress. Proses ini juga didukung dengan factor-faktor umpan balik positif dan rangsangan dari lingkungan, sehingga anak telah mencitakan kondisi yang sempurna untuk belajar apa saja. Inilah potensi scientis dalam diri anak, salah satu anugerah terbesar dari Tuhan bagi manusia yang sekaligusmembedakannya dari mahluk lainnya. Karena begitu besarnya potensi ini terdapat dalam diri anak maka Herbert Zin dengan tegas menyatakan “young children are more scientist then they are anything else.” (Holt: 199: 1-6).
Potensi Scientist dibawa serta oleh anak dalam serangkaian kegiatan sehari-hari, berhadapan dengan dunia IPA yang sederhana sampai yang membutuhkan pemikiran kompleks. Anak secara intrinsik terdorong ingin mengerti dan menelusuri apa saja yang berkaitan dengan IPA, anak ingin mengerti fenomena-fenomena alam yang mengusik rasa ingin tahu nya maka tugas utama pendidikan (melalui kolaborasi guru-siswa) untuk mengembangkan potensi saintis siswa secara optimal sejak dini melalui proses pembelajaran IPA yang dikelola secara professional.
Pembelajaran IPA di SD merupakan wahana untuk membekali siswa dengan pengetahuan keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikan dan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan disekelilingnya. Pembelajaran IPA sejak dini akan menghasilkan generasi dewasa yang melek sains yang dapat menghadapi tantangan hidup dalam dunia yang makin kompetitif, sehingga mereka mampu turut serta memilih dan mengolah informasi untuk digunakan dalam mengambil keputusan.

Karakteristik Pembelajaran IPA di SD

Berdasarkan hasil analisis terhadap berbagai paparan para pakar tentang ruang lingkup IPA maka karakteristik pendidikan IPA di SD dapat dikategorikan ke dalam 3 dimensi yaitu
1.    Dimensi Produk
Dimensi produk meliputi konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori dlam IPA yang merupakan hasil rekaan manusia dalam rangka memahami dan menjelaskan alam bersama dengan berbagai fenomena yang terjadi di dalamnya. Produk IPA ( konsep, prinsip, hukum, dan teori) tidak diperoleh berdasarkan fakta semata, melainkan berdasarkan data yang telah teruji melalui serangkaian eksperimen dan menyelidikan.
Secara sederhana ada 3 jenis konsep yaitu konsep termati , konsep terdefinisi, dan konsep menyatakan hubungan. Kursi dan ruang kelas adalah contoh konsep teramati. Kita dapat memahaminya semata-mta dengan menyaksikan bentuk konkritnya, dan bukan mendefinisikannya. Energy, medan, suhu adalah contoh konsep terdefinisi. Sedangkan rumus-rumus dan kalimat matematika adalah contoh konsep menyatakan hubungan. Carin dan Sund (1989.24) mengajukan 3 kriteria bagi suatu produk IPa yang benar. Ketiga criteria tersebut adalah (1) Mampu menjelaskan fenomena yang telah diamati atau telah terjadi , (2) mampu memprediksi peristiwa yang akan terjadi, (3)  Mampu diuji dengan eksperimen sejenis.
2.    Dimensi Proses
Dimensi proses yaitu metode memperoleh pengetahuan yang disebut dengan metode ilmiah. Metode ini dalam IPA sekarang merupakan gabungan antara metode induksi dan deduksi. Metode gabungan ini merupakan kegiatan beranting antara deduksi dan induksi, dimana seorang peneliti mula-mula menggunakan metode induksi dalam menghubungkan pengamatan dengan hipotesis. Kemudian, secara deduksi hipotesis ini dihubungkan dengan pengetahuan yang ada untuk melihat kecocokan dan implikasinya. Setelah melewati perubahan yang dinilai perlu, hipotesis ini kemudian diuji melalui serangkaian data yang dikumpulkan secara empiris. Metode ilmiah dalam  IPA memiliki kerangka dasar prosedur yang dapat dijabarkan dalam 6 langkah (1) sadar akan adanya masalah dan merumuskan masalah, (2) pengamatan dan pengumpulan data yang relevan, (3) pengklasifikasian data , (4) perumusan hipotesis, (5) pengujian hipotesis, dan (6) melakukan generalisasi.
3.    Dimensi Sikap ilmiah
Dimensi sikap ilmiah adalah berbagai keyakinan, opini, dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oeh seorang ilmuwan khususnya ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru. Wynne Harlen (1987) dalam Teaching and Learning Premary Science menjelaskan sembilan sikap ilmiah  yang harus dikembangkan sejak dini pada siswa sekolah dasar. Kesembilan sikap tersebut adalah
a.    Sikap ingin tahu (curiousity)
b.    Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality)
c.    Sikap kerjasama (cooperation)
d.    Sikap tidak putus asa (perseverance)
e.    Sikap terbuka untuk menerima (open-mindedness)
f.    Sikap mawas diri (self critism)
g.    Sikap bertanggung jawab (responsibility)
h.    Sikap berpikir bebas (independence in thinking)
i.    Sikap kedisiplinan diri (self discipline )
Dari keseluruhan uraian tentang karakteristik IPA di atas, kiranya cukup jelas bahwa pendidikan IPA bukan sekedar berisi rumus-rumus dan teori-teori melainkan suatu proses dan sikap ilmiah untuk mendapatkan konsep-konsep ilmiah tentang alam semesta.
Facebook Twitter Google+
Back To Top