Filsafat
Sejarah Pemikiran Karl Marx (1)
April 23, 2012
Latar Belakang timbulnya Pemikiran Karl Marx
Revolusi
industri menyebabkan perubahan drastis dalam hubungan masyarakat. Tidak semua
orang menarik keuntungan dari berkat-berkat kemajuan teknis ekonomi ini, yang
begitu disanjung orang. Terciptalah suatu masyarakat kelas bahwa para pemilik
mempunyai kepentingan yang sama sekali lain dari kepentingan orang miskin.
Kemiskinan itu menjadi suatu fenomena struktural dan berkembang, terutama di
kota-kota yang tumbuh pesat, dengan ukuran massal (Noordegraff, 2004: 105)
Karl
Marx adalah seorang anak dari zaman Revolusi Industri yang saat itu sedang
melanda eropa. Berkembangnya kapitalisme dan revolusi industri telah melahirkan
banyak masalah baru. Pertumbuhan penduduk naik dengan cepat, banyak orang
daerah yang pergi ke kota untuk mencari pekerjaan sehingga timbul krisis di
perkotaan. Pemukiman kumuh muncul dimana-mana. Kaum wanita dan anak-anak di
ekspliotasi dan dipekerjakan dengan jam kerja yang lama, melelahkan serta
diperlakukan kurang manusiawi. Rakyat miskin perkotaan benar-benar hidup dalam
penderitaan sehingga melahirkan banyak pemberontakan buruh. Pada saat seperti
inilah karl Msrx lahir, berkembang dan menelurkan gagasannya (Zazuli, 2009:
74).
Industri-industri
besar menelan modal yang besar dan hal ini sama artinya dengan kekuasaan
ekonomi di tangan segelintir orang. Karl Marx menunjukkan betapa kaum buruh
menjadi semakin miskin (Ramly, 2000: 24).
Zaman
pencerahan tidak mendukung perkembangan cita-cita sosialis karena dimotori oleh
kelas borjuasi dan borjuasi memperjuangaan kebebasan politik untuk dapat bebas
berusaha dan berdagang justru agar dapat mengumpulkan milik pribadi sebebas-bebasnya.
Yang mereka tuntut adalah kesamaan politis dan kesamaan di depan hukum, dan
bukan kesamaan ekonomis (Suseno dan Magnis, 2001: 18)
Pandangan-pandangan
sosialis modern terbentuk antara 1789 (Permulaan Revolusi Perancis) dan 1848
(Revolusi 1848). Ada dua persitiwa yang menjadi konteks kelahiran cita-cita
sosialisme modern itu: Revolusi Perancis (1789-1795) dan Revolusi Industri.
Revolusi perancis menulis tuntutan kesamaan di atas bendera etikanya. Dan
Revolusi Industri menciptakan proletariat industrial yang dengan paling tajam
memperlihatkan bahwa masyarakat justru tidak sama, melainkan terpecah antara
mereka yang kaya, seringkali kaya raya, dan mereka yang melarat tanpa harapan
Proletariat sekaligus akan merupakan kelas yang mengembangkan kekuatan untuk
memperjuanganlan penghapusan jenjang yang tidak etis itu. Pendek kata, keadaan
buruk kaum buruh industri menjadi katalisator yang mendorong para filosof untuk
memperluas tuntutan kesamaan ke bidang ekonomi (Suseno dan Magnis, 2001: 18).
Dengan
perlahan-lahan menjadi jelas bahwa perkembangan ekonomi bebas, yang didalamnya
pemerintah tidak melibatkan dirinya, mempunyai pengaruh-pengaruh negatif untuk
kaum buruh. Itulah sebabnya gerakan buruh mulai mengoperasikan dirinya dalam
berbagai perserikatan pekerja dan mencoba memperoleh pengaruh politik. Orang
lain lagi ingin memaksakan berbagai perubahan melalui jalan lebih radikal
(Noordegraaf, 2004: 105).
Keyakinan
dasar para pemikir sosialis modern adalah bahwa secara prinsipil produk
pekerjaan merupakan milik si pekerja, milik bersama dianggap tuntutan akal
budi. Diyakini bahwa masyarakat akan berjalan dengan jauh lebih baik kalau
tidak berdasarkan hak milik pribadi. Kata “sosialisme” sendiri muncul di
Perancis sekitar tahun 1830, begitu juga kata “komunisme” dipakai untuk aliran
sosialis yang lebih radikal, yang menuntut penghapusan total hak milik pribadi
dan kesamaan konsumsi serta mengharapkan keadaan komunis itu bukan dari
kebaikan pemerintah, meelainkan semata-mata dari perjuangan kaum terhisap
sendiri (Suseno dan Magnis, 2001:19).
Karl
Marx menyaksikan eksploitasi kejam yang diderita oleh para buruh pabrik di
Eropa pada permulaan fajar munculnya revolusi Industri serta kapitalisme
terpimpin. Semua itu mendorong Karl Marx untuk mengambil kesimpulan dari filsafat
sejarah, satu filsafat yang dapat ia gunakan untuk menganalisis problematika
masyarakat dan politik. Akhirnya, dari aliran filsafat Hegel yang idealis, Karl
Marx menemukan konsep kontradiksi dialektika, untuk kemudian Karl Marx
tafsirkan dengan konsep tersebut sejarah manusia dengan satu penafsiran yang
berbeda dengan idealisme Hegel. Akhirnya, Karl Marx menafsirkan bahwa sejarah
manusia berdiri diatas konflik yang berkepanjangan antara kelas orang-orang
yang dieksploitasi dan kelas orang-orang yang melakukan eksploitasi (Hamid,
2001: 268).