Belajar
Intelejen Sebagai Ilmu
April 27, 2012
Apakah Definisi Intelijen?
Intelijen dalam bahasa Indonesia
merupakan terjemahan langsung dari Intelligence (N) dalam bahasa Inggris yang
berarti kemampuan berpikir/analisa manusia. Mudahnya kita lihat saja test IQ
(Intelligence Quotient), itulah makna dasar dari Intelijen.
Intelijen atau Intelligence berarti juga seni mencari, mengumpulkan dan mengolah informasi strategis yang diperlukan sebuah negara tentang negara “musuh”. Dari definisi ini berkembang istilah counterintelligence yang merupakan lawan kata dari intelligence.
Intelijen atau Intelligence berarti juga seni mencari, mengumpulkan dan mengolah informasi strategis yang diperlukan sebuah negara tentang negara “musuh”. Dari definisi ini berkembang istilah counterintelligence yang merupakan lawan kata dari intelligence.
Intelijen juga merujuk pada
organisasi yang melakukan seni pencarian, pengumpulan dan pengolahan informasi
tersebut di atas. Dengan definisi ini intelijen juga mencakup orang-orang yang
berada di dalam organisasi intelijen termasuk sistem operasi dan analisanya.
USA, Russia (sejak era Uni Soviet)
adalah dua negara yang mengembangkan intelligence mengarah pada sebuah field
science baru. Keberadaan sejumlah Akademi di Russia, bahkan Sekolah Tinggi
sampai Graduate School di USA (bersepesialisasi di bidang intelijen) merupakan
langkah-langkah gradual menuju penciptaan field science of intelligence.
Sementara di sebagian besar negara
“besar” seperti Inggris, Perancis, dan China, Intelligence masih dianggap
sebagai seni yang dirahasiakan dan hanya diajarkan pada calon-calon agen
intelijen selama beberapa tahun.
Hakikat
Keberadaan Organisasi Intelijen
Mungkin kebanyakan orang menyangka
keberadaan organisasi intelijen semata-mata hanya untuk kepentingan pemerintah
atau elit politik yang berkuasa. Hal ini merupakan kekeliruan persepsi yang
sangat membahayakan bagi nama baik sebuah organisasi intelijen. Dalam kasus
kebijakan represif negara junta militer, otoriter, rejim komunis dan revolusi
sejenisnya, memang terjadi penyimpangan fungsi intelijen yang hakikatnya
ditujukan untuk menghadapi ancaman dari luar negara menjadi alat represi bagi
pemerintah.
Teknik, mekanisme kerja, sistem
analisa dan produk yang dihasilkan organisasi intelijen di manapun di dunia
adalah sejenis, yaitu berupa hasil olah analisa berdasarkan data-data yang
akurat dan tepat serta disampaikan secepat mungkin kepada para pengambil keputusan
dalam sebuah negara.
Tidak ada yang misterius, aneh
ataupun luar biasa dalam organisasi intelijen. Secara historis dan alamiah,
organisasi intelijen memiliki ciri tertentu yang telah diketahui masyarakat
luas, yaitu prinsip kerahasiaan. Ciri utama inilah yang kemudian menimbulkan
tanda-tanya bagi masyarakat. Selanjutnya timbul pula praduga-praduga yang belum
tentu benar sehingga mitologi intelijen menjadi semakin kabur dalam
bayang-bayang cerita atau kisah nyata, cerita fiksi dan fakta terjadinya peristiwa
yang sulit diungkapkan secara transparan kepada khalayak.
Definisi tugas pokok intelijen di
seluruh dunia cukup jelas, yaitu pada umumnya bertugas mengumpulkan intelijen
(informasi) dan melakukan operasi tertutup (kegiatan rahasia) di luar negeri. Intisari
dua kegiatan utama tersebut adalah mengidentifikasi dan mencegah ancaman
terhadap negara dan warga negara serta untuk meningkatkan keamanan dan
keselamatan negara.
Sementara itu, apa yang dimaksud
dengan kegiatan intelijen di dalam negeri adalah kontra-intelijen
(kontra-spionase), yaitu kegiatan rahasia yang ditujukan untuk mendeteksi
kegiatan intelijen negara asing di dalam wilayah teritorial negara kita. Dalam
perkembangannya kegiatan kontra-intelijen lebih ditujukan untuk menangkal
kegiatan terorisme internasional maupun kejahatan trans-nasional.
Tidak ada istilah meng-inteli warga
negara yang “kontra” pemerintah. Model ini hanya ada dan muncul di
negara-negara blok komunis, junta militer dan negara otoriter dengan tujuan
melanggengkan kekuasaan. Sementara di negara demokrasi, transparansi dan
persaingan politik yang sehat dalam koridor hukum sewajibnya diterima sebagai
aturan main dan intelijen harus “bersih” dari soal dukung-mendukung kekuatan
politik yang bersaing di dalam negeri. Sangat mirip dengan peranan militer
dalam negara demokrasi.
Apa yang sering disebut sebagai
intelijen tingkat instansi dan intelijen polisi lebih mengarah pada spesifikasi
sasaran operasi, dan mereka tidak melakukan operasi intelijen seperti
hakikatnya intelijen. Apa yang mereka lakukan adalah penyelidikan dan
penyidikan atas suatu pelanggaran hukum. Adapun teknik dan mekanisme kerjanya
bisa saja sama dengan intelijen “murni”.
Intelijen militer bisa dianggap
sebagai saudara kandung intelijen sipil. Tujuan, motivasi dan hakikat
operasinya bisa dikatakan sama. Hanya saja cakupan ruang operasinya yang
sedikit berbeda, bahkan seringkali terjadi operasi gabungan sesuai dengan
kemampuan dan bidang masing-masing. Perbedaan hanya sedikit dalam tujuan
operasi taktis (jangka pendek), sekedar contoh misalnya saja signal
intelligence (SIGINT) sangat vital bagi intelijen militer karena terkait dengan
pendeteksian mobilisasi militer asing yang menjadi pihak lawan (oposisi).
Sementara itu, SIGINT bagi intelijen sipil lebih bermanfaat dalam mengamankan
operasi tertutup di negara lawan dengan melakukan coding informasi yang rumit
dan sulit dipecahkan lawan.
Meskipun dinamakan Organisasi
Intelijen Sipil, organisasi intelijen yang baik tidak bisa hanya berwarna sipil
karena pentingnya sentuhan militer. Hakikatnya merupakan gabungan antara
kemampuan militer (tempur) atau combatants dan petugas intelijen (intelligence
officers). Dengan kata lain, meskipun seorang anggota intelijen berlatar
belakang militer dia juga punya kemampuan seluwes orang sipil. Sebaliknya
petugas intelijen sipil wajib mempunyai kemampuan militer yang cukup. Mereka
semua wajib untuk loyal dan bersumpah setia demi keselamatan rakyat dan negara.
Intelktual, bakat, dedikasi dan keberanian adalah beberapa hal yang menjadi modal
utama insan intelijen baik sipil maupun militer.
Bidang Studi Intelijen
Apa sebenarnya yang wajib dipelajari
dalam studi intelijen secara akademik?
Konteks studi intelijen seyogyanya
lebih luas dari studi politik, ekonomi, hubungan internasional, kebijakan luar
negeri, hukum internasional, kriminologi, etika, psikologi, dan usaha-usaha
negara bangsa dalam memelihara keamanan politik, sosial, ekonomi, dan militer.
Dengan kata lain studi intelijen bersifat multidisplin. Sebagai pondasi,
diperlukan studi logika, matematika dan statistik serta dasar-dasar ilmu alam,
filsafat manusia dan filsafat ilmu pengetahuan, geografi, dan sejarah dunia.
Sebagai pengetahuan praktis dan
teknis perlu dikembangkan spesialisasi khusus seperti bahasa asing, fotografi
dan teknologi audio video, ilmu komputer, teknologi komunikasi, dan teknologi
sistem pengamanan.
Sebagai
pilihan studi bisa disusun berdasarkan area studies (kajian wilayah/kawasan
misalnya Asia Tenggara) atau issues studies (kajian masalah misalnya
Terrorisme).
Sebagai
studi utama, tentu saja tetap mengajarkan dasar-dasar intelijen mulai dari
internal security sampai pada analisa intelijen strategis tingkat advance.
The
intelligence cycle
The intelligence cycle adalah proses
mengolah informasi mentah menjadi produk intelijen yang disampaikan kepada
pengambil kebijakan untuk digunakan dalam penentuan kebijakan dan
langkah-langkah pelaksanaan kebijakan. Ada 5 langkah dalam perputaran
intelijen.
Planning and Direction. Merupakan
manajemen informasi mulai dari identifikasi data-data yang diperlukan sampai
pengiriman produk intelijen ke pengambil kebijakan atau pengguna produk
intelijen. Merupakan awal dan akhir dari lingkaran. Menjadi awal karena
berkaitan dengan penyusunan rencana yang mencakup kebutuhan pengumpulan informasi
yang spesifik dan menjadi akhir karena produk akhir intelijen yang mendukung
keputusan kebijakan, menciptakan permintaan-permintaan produk intelijen yang
baru.
Keseluruhan
proses mengacu pada petunjuk pengambil kebijakan seperti Presiden atau Perdana
Menteri, pembantu-pembantu di jajaran eksekutif seperti Dewan Keamanan
Nasional, anggota kabinet….yang kesemua itu mengawali permintaan khusus kepada
intelijen.
Collection.
Adalah pengumpulan data/informasi
mentah yang diperlukan untuk memproduksi analisa intelijen. Ada banyak sekali
sumber-sumber informasi termasuk informasi terbuka seperti berita radio asing,
surat kabar, majalah, internet, buku, dll. Informasi terbuka merupakan salah
satu sumber utama intelijen yang harus dimekanisasikan secara disiplin menjadi
sebuah rutinitas sehari-hari yang menjadi supply tidak terbatas yang akan
mendukung analisa intelijen. Bila anda pernah berkunjung ke CSIS di Tanah Abang
III Jakarta, perhatikan bagaimana intelijen masa Orde Baru berbagi teknik
dengan lembaga penelitian dan menjadikannya sebagai salah satu lembaga yang
disegani. Guntingan Koran CSIS adalah khas pekerjaan membosankan yang sangat
vital bagi intelijen, khususnya bagi perwira analis, karena dengan mengikuti
setiap waktu perkembangan terkini dari media massa akan melatih insting
analisanya.
Di samping itu, ada juga informasi
rahasia dari sumber-sumber yang rahasia pula. Informasi ini hanya memiliki
prosentase yang kecil namun sifatnya amatlah sangat penting sehingga sering
juga menjadi penentu dari sebuah produk intelijen. Biasanya diperoleh dari
operasi tertutup oleh para agen intelijen atau melalui informan. Secara teknis
penngumpulan data juga dilakukan oleh peralatan canggih secara elektronik dan
fotografi serta satelit.
Processing.
Berkaitan dengan interpretasi atas
data/informasi yang sangat banyak. Mulai dari penterjemahan kode, penterjemahan
bahasa, klasifikasi data, dan penyaringan data. Dalam organisasi intelijen
tradisional dan konservatif, seorang agen baru seringkali harus melalui
masa-masa membosankan melakukan pemilahan data berdasarkan kategori yang
ditentukan atasannya. Hal ini sangat penting untuk membiasakan diri dalam
menyusun jurnal pribadi maupun jurnal unit yang sangat vital dalam mempercepat
proses penemuan kembali data-data lama yang tersimpan. Juga membiasakan diri
untuk segera melihat data dari sudut pandang potensi spot intelijen atau
memiliki potensi ancaman.
All
source Analysis and Production.
Merupakan konversi dari informasi
dasar yang telah diproses menjadi produk intelijen. Termasuk didalamnya
evaluasi dan analisa secara utuh dari data yang tersedia. Seringkali data yang
ada saling bertentangan atau terpisah-pisah. Untuk keperluan analisa dan
produksi, seorang analis, yang biasanya juga spesialis bidang tertentu, sangat
memperhatikan tingkat “kepercayaan”data (bisa dipercaya atau tidak), tingkat
kebenaran dan tingkat relevansi. Mereka menyatukan data yang tersedia dalam
satu kesatuan analisa yang utuh, serta meletakkan informasi yang telah
dievaluasi dalam konteksnya.
Bagian akhirnya adalalah produk
intelijen yang mencakup penilaian atas sebuah peristiwa serta perkiraan akan
dampaknya pada keamanan nasional. Salah satu unsur vital dari produk intelijen
adalah peringatan dini dan perkiraan keadaan. Sementara model laporan ada macam-macamnya
mulai dari yang sangat singkat berupa telpon lisan yang menjadi laporan kepada
pimpinan negara, sampai laporan yang cukup tebal mencakup analisa perkiraan
keadaan tahunan.
Dari beberapa kasus yang terungkap
di media massa, terlihat jelas bahwa baik BIN maupun BAIS TNI sangat lemah di
sektor analis ini, entah karena sumber daya manusia-nya yang levelnya masih
sebatas lulusan akademi militer, D3 atau S1 saja, atau karena memang
keterbatasan dana yang menyebabkan lembaga intelijen tidak berkutik soal
peningkatan SDM. Bandingkan misalnya dengan CIA atau Mi6 yang secara aktif
mengirimkan para analisnya ke universitas-universitas di berbagai negara untuk
menempuh studi doktor sekaligus memantapkan spesialisasi masing-masing.
Dissemination.
Merupakan langkah terakhir yang
secara logika merupakan masukkan untuk langkah pertama. Adalah distribusi
produk intelijen kepada pengguna (pengambil kebjiakan) yang biasanya adalah
mereka yang meminta informasi kepada intelijen. Untuk kasus Indonesia, pengguna
disini hampir identik dengan Presiden.
Kegiatan
Rahasia
Metode pengumpulan informasi oleh
organisasi intelijen di seluruh dunia selalu mengandalkan human intelligence
(humint). Pertanyaannya kemudian adalah apakah metode klasik penyampaian
informasi ke kantor pusat masih saja berlangsung. Pola-pola operasi dead drop
microfiche dan brushpass, dll tampaknya semakin rawan. Sementara komunikasi
melalui internet jelas sangat terbuka oleh program-program deteksi semacam
cyberspy dan kaum hacker serta sistem pengawasan oleh provider internet dan
pemerintah.
Sistem pengawasan lingkungan yang
semakin ketat sejalan dengan perkembangan teknologi mau tidak mau akan
menyulitkan kegiatan rahasia di luar negeri.
Berbeda dengan kegiatan rahasia di
dalam negeri, kegiatan rahasia di luar negeri tidak saja beresiko karena
melanggar hukum sebuah negara melainkan juga karena bisa merusak kredibilitas
sebuah negara di mata negara yang dimata-matai. Lebih jauh merusak hubungan
diplomatik.
Hal yang paling lucu dari kegiatan
rahasia di luar negeri belakangan ini adalah para intel dari berbagai negara
akhirnya minum kopi bersama-sama di Starbuck sambil berdiskusi tentang
terorisme internasional, tentang masalah internasional, dengan pengecualian
masalah di negara masing-masing, lha bagaimana ini…mungkin abad 21 ini
merupakan akhir dari kasus-kasus espionage antar negara.
Tentu tidak seluruhnya demikian, hal
tersebut di atas hanya terjadi diantara organisasi yang sudah menjadi
counterpart dan memiliki kesepakatan untuk bekerjasama. Tentu masih ada hal-hal
yang bersifat spionase dalam kadar yang relatif berbeda-beda.