Kata-Kata Motivasi, Kata-Kata Bijak, Kata-Kata Mutiara, Kata-Kata Cinta, Pantun Nasehat, Pantun Jenaka, Contoh Proposal, Contoh Memo, Kata Kata 2016,

PERBEDAAN KURIKULUM KTSP DAN KURIKULUM 2013

PERBEDAAN KURIKULUM KTSP DAN KURIKULUM 2013


A.    Pendapat Ibu Kepala Sekolah tentang Kesiapan Guru Menggunakan Kurikulum 2013
Menurut Ibu kepala sekolah SDN Sindanggalih, “Awalnya guru memang bingung bagaimana menggunakan kurtilas alias belum siap, namun dengan adanya sosialisasi yang digalakan pemerintah, lambat laun guru pun mulai dapat menerapkan kurtilas pada proses pembelajaran. Walaupun sosialisasi tersebut telat diadakan, guru tetap menyesuaikan diri. Untuk kesiapan sendiri, siap tidak siap guru harus siap karena ini memang bagian dari program pemerintah yang harus dijalankan oleh guru sebagai seorang pendidik”.
Ibu Hj. Popi Anggraeni, S.Pd juga berpendapat bahwa “sosialisasi kurtilas untuk guru dan kepala sekolah sering dilakukan, namun yang menjadi kekurangannya yaitu waktu sosialisasi kurtilas dilakukan ketika waktunya guru mengajar di kelas sehingga mengganggu proses belajar mengajar”.

B.    Pendapat Guru SDN Sindanggalih
1.    Ketersediaan sumber belajar menurut guru kelas I pada kurtilas
Ketersediaan sumber belajar yaitu buku siswa pada tema 1 dan tema 2 telat tiba di sekolah sehingga menyebabkan proses pembelajaran menjadi terhambat, guru menyiasatinya dengan menyampaikan materi pada kurikulum KTSP sampai datang buku siwa.
2.    Pendapat guru tentang materi pada kurikulum KTSP dan kurtilas
Materi pelajaran di kelas I pada kurtilas menurut Ibu Sandra, S.Pd sedikit berbeda dengan materi pelajaran kurikulum KTSP karena pada kurtilas materi yang diajarkan untuk kelas II pada kurikulum KTSP sudah diajarkan di kelas I. Misalnya, siswa sudah harus bisa membuat sebuah kalimat, padahal untuk siswa kelas I menulis huruf saja sulit apalagi membuat sebuah kalimat.
Di kelas IV, materi yang diajarkannya merupakan materi yang disampaikan untuk kelas V pada kurikulum KTSP. Namun, siswa dapat mengikuti pembelajaran di kelas seperti biasanya.
Menurut guru kelas II, kurtilas memang memudahkan guru dalam menyampaikan materi karena adanya buku guru yang dapat dijadikan acuan. Guru tinggal mengembangkan dari buku tersebut saja. Namun, jika dilihat dari materi yang disajikan dibuku kurang sistematis. Misalnya, ketika pada pembelajaran I siswa mulai dikenalkan tentang nilai uang, belum juga tamat materinya, pada pembelajaran 2 sudah berubah materinya tentang jam, lalu pada pembelajaran 3 baru ada lagi materi tentang nilai uang. Dengan adanya hal tersebut, siswa menjadi bingung. Bahkan banyak siswa yang bertanya kepada guru kelas II, “Bu, ko materi kemarin belajar tentang jam sekarang balik lagi belajar tentang nilai uang?”.
3.    Pendapat guru tentang perbedaan perencanaan pada kurikulum KTSP dan kurtilas
Pada kurikulum KTSP perencanaannya tidak terpadu antar mata pelajaran, sehingga didalamnya hanya memuat indikator tiap mata pelajaran. Oleh sebab itu, satu RPP KTSP bisa digunakan untuk beberapa kali pertemuan.
Sedangkan pada kurikulum 2013 dalam perencanaannya dibuat terpadu antar mata pelajaran. Didalam perencanaannya memuat tema-tema yang akan diajarkan (setiap pembelajarannya dipayungi oleh sebuah tema). Satu tema terdiri dari tiga sub tema, satu sub tema terdiri dari enam pembelajaran, dan satu pembelajaran harus selesai dalam satu hari. Dalam perencanaan tersebut memuat beberapa kompetensi dasar dan beberapa indikator dari mata pelajaran yang dipadukan.
4.    Pendapat guru tentang proses pembelajaran pada kurikulum KTSP dan kurtilas
Menurut guru kelas I yaitu Ibu Sandra, S.Pd dan guru kelas IV SD Negeri Sindanggalih yaitu Ibu Hj. N. Roroh, M.Pd, proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat baik dalam kurikulum KTSP maupun dalam kurikulum 2013.
Dalam proses pembelajarannya, siswa terlihat lebih antusias pada pembelajaran dengan kurikulum 2013. Karena pada pelaksanaan pembelajarannya siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientific yang didalamnya memuat berbagai kegiatan yang harus dilakukan siswa seperti kegiatan mengamati, menanya, mencoba, manalar, dan mengaplikasikan.
Contoh kegiatan dalam pembelajaran dengan pendekatan scientific yaitu guru memberikan siswa sebuah bacaan, setelah siswa membaca, siswa diminta untuk membuat pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan bacaan tersebut. Kemudian, siswa diminta untuk mencari sendiri jawabannya, namun tetap dalam bimbingan guru karena guru bertindak sebagai fasilitator. Lalu, siswa juga diminta untuk mencoba menyimpulkan hasil pembelajaran.
Pembelajaran dengan menggunakan kurikulum 2013 dilaksanakan tidak hanya di dalam kelas, namun banyak kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan diluar kelas terutama pada tema 1 dan 2 karena materi pembelajarannya banyak berhubungan dengan alam. Misalnya, siswa belajar di luar kelas ketika melakukan pengamatan bentuk-bentuk daun.
Media, alat peraga, serta sumber belajar lebih banyak disediakan dalam pembelajaran menggunakan kurikulum 2013. Misalnya, dengan tersedianya buku ajar yang menarik, infokus dan fasilitas internet di sekolah. Hal tersebut lebih memudahkan guru ketika proses pembelajaran dilaksanakan karena adanya sumber belajar lain, dan guru tidak dituntut untuk selalu ceramah di depan kelas, namun siswa yang dituntut untuk aktif melaksanakan kegiatan pembelajaran. Sedangkan pada pembelajaran dengan menggunakan kurikulum KTSP, media, alat peraga dan sumber belajar kurang membuat siswa antusias dalam pembelajaran.
5.    Pendapat guru kelas I dan guru kelas IV tentang penilaian pada kurikulum KTSP dan kurtilas
Penilaian dalam kurikulum KTSP di sekolah dasar lebih mengutamakan ranah kognitif (pengetahuan) dan kurang memperhatikan ranah afektif (sikap).  Berbeda dengan penilaian pada kurikulum 2013 yaitu mengutamakan ranah sikap, tetapi ranah kognitif dan psikomotor (keterampilan) juga tidak dikesampingkan. Berikut ini grafik yang menggambarkan keseimbangan ranah kognitif, afektif dan psikomotor:

Grafik 1
Keseimbangan Sikap-Keterampilan-Pengetahuan untuk membangun soft skills dan hard skills



Pada kurikulum 2013 karena lebih mengutamakan sikap untuk mewujudkan pendidikan karakter di sekolah dasar, maka salah satu cara guru untuk membangun karakter siswa yang religius, guru di SD Negeri Sindanggalih membiasakan siswa untuk shalat duha sebelum pembelajaran dimulai dan shalat dzuhur berjamaah di kelas dengan menunjuk salah satu siswa yang menjadi imamnya secara bergantian.
Menurut guru kelas IV, pada kurtilas banyak aspek yang harus dinilai pada setiap anak, sehingga membuat guru kerepotan dalam mengisi lembar penilaian. Namun, penilaian otentik pada kurtilas memang lebih bagus dibandingkan penilaian pada kurikulum KTSP karena semua aspek baik itu sikap, pengetahuan bahkan keterampilan siswa benar-benar diperhatikan. Sehingga hasil akhir bukan hanya dilihat dari nilai kognitif siswa saja seperti pada kutikulum KTSP, namun sikap dan keterampilanpun menjadi bagian dari hasil akhir.
Guru kelas I merasa kebingungan dalam penilaian deskriptif yang nantinya akan dibuat guru pada laporan akhir. Beliau merasa, orang tua siswa akan lebih bingung dalam mengetahui sejauh mana perkembangan yang dialami oleh anaknya ketika menerima hasil akhir dengan penilaian deskriptif.
6.    Pendapat guru tentang jumlah siswa   
Menurut guru kelas I dan kelas IV, untuk sekolah dasar jumlah siswa yang baik tidak terlalu banyak agar siswa dapat terpantau semua. Beliau berkata bahwa di kelas maksimal ada 20 siswa.
Di SDN Sindanggalih sendiri jumlah siswa rata-rata tiap angkatan banyak, sehingga untuk mengatasinya dibagi dalam dua kelas. Yaitu dengan adanya kelas A dan kelas B dengan guru kelas masing-masing. Jumlah siswa tiap kelasnya ada yang 20, ada juga yang lebih atau kurang dari 20.

C.    Pendapat Siswa Mengenai Pembelajaran Menggunakan Kurikulum 2013
Setelah mewawancarai beberapa orang siswa kelas IV SDN Sindanggalih, diperoleh data bahwa sebagian besar siswa senang ketika belajar dengan ibu Hj. N. Roroh, M.Pd. Menurut mereka, guru tersebut sering menggunakan media ketika proses pembelajaran berlangsung. Contohnya seperti menggunakan infokus, media gambar, dan lain sebagainya. Guru juga  terkadang menggunakan metode demonstrasi yang melibatkan siswa aktif secara langsung. Sehingga menurut mereka pembelajarannya sangat menyenangkan.
Selain itu, ketika dalam proses pembelajarannya siswa tidak hanya belajar secara individu, sesekali guru membentuk kelompok belajar siswa. Siswa juga disuruh melakukan penilaian atas hasil kerja temannya, akan tetapi hal ini jarang dilakukan, karena menurut siswa hal itu tidak terlalu efektif (siswa asal-asalan ketika menilai).
Kesimpulannya sebagian besar siswa merasakan pembelajaran menggunakan kurikulum 2013 sangat menyenangkan. Hanya tiga orang siswa saja yang mengatakan lebih senang menggunakan kurikulum KTSP karena menurutnya kurikulum 2013 terkesan mendadak bagi mereka dalam menerima materi. Siswa tidak dapat mengetahui pelajaran di hari esok karena buku siswa disimpan di sekolah. Siswa membuka buku hanya ketika mau belajar saja. Sehingga siswa bingung akan belajar apa untuk persiapan di hari esok.
Facebook Twitter Google+
Back To Top