Karakteristik Pembelajaran IPA di SD
Berdasarkan hasil analisis terhadap berbagai paparan para pakar tentang ruang lingkup IPA maka karakteristik pendidikan IPA di SD dapat dikategorikan ke dalam 3 dimensi yaitu
1. Dimensi Produk
Dimensi produk meliputi konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori dlam IPA yang merupakan hasil rekaan manusia dalam rangka memahami dan menjelaskan alam bersama dengan berbagai fenomena yang terjadi di dalamnya. Produk IPA ( konsep, prinsip, hukum, dan teori) tidak diperoleh berdasarkan fakta semata, melainkan berdasarkan data yang telah teruji melalui serangkaian eksperimen dan menyelidikan.
Secara sederhana ada 3 jenis konsep yaitu konsep termati , konsep terdefinisi, dan konsep menyatakan hubungan. Kursi dan ruang kelas adalah contoh konsep teramati. Kita dapat memahaminya semata-mta dengan menyaksikan bentuk konkritnya, dan bukan mendefinisikannya. Energy, medan, suhu adalah contoh konsep terdefinisi. Sedangkan rumus-rumus dan kalimat matematika adalah contoh konsep menyatakan hubungan. Carin dan Sund (1989.24) mengajukan 3 kriteria bagi suatu produk IPa yang benar. Ketiga criteria tersebut adalah (1) Mampu menjelaskan fenomena yang telah diamati atau telah terjadi , (2) mampu memprediksi peristiwa yang akan terjadi, (3) Mampu diuji dengan eksperimen sejenis.
2. Dimensi Proses
Dimensi proses yaitu metode memperoleh pengetahuan yang disebut dengan metode ilmiah. Metode ini dalam IPA sekarang merupakan gabungan antara metode induksi dan deduksi. Metode gabungan ini merupakan kegiatan beranting antara deduksi dan induksi, dimana seorang peneliti mula-mula menggunakan metode induksi dalam menghubungkan pengamatan dengan hipotesis. Kemudian, secara deduksi hipotesis ini dihubungkan dengan pengetahuan yang ada untuk melihat kecocokan dan implikasinya. Setelah melewati perubahan yang dinilai perlu, hipotesis ini kemudian diuji melalui serangkaian data yang dikumpulkan secara empiris. Metode ilmiah dalam IPA memiliki kerangka dasar prosedur yang dapat dijabarkan dalam 6 langkah (1) sadar akan adanya masalah dan merumuskan masalah, (2) pengamatan dan pengumpulan data yang relevan, (3) pengklasifikasian data , (4) perumusan hipotesis, (5) pengujian hipotesis, dan (6) melakukan generalisasi.
3. Dimensi Sikap ilmiah
Dimensi sikap ilmiah adalah berbagai keyakinan, opini, dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oeh seorang ilmuwan khususnya ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru. Wynne Harlen (1987) dalam Teaching and Learning Premary Science menjelaskan sembilan sikap ilmiah yang harus dikembangkan sejak dini pada siswa sekolah dasar. Kesembilan sikap tersebut adalah
a. Sikap ingin tahu (curiousity)
b. Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality)
c. Sikap kerjasama (cooperation)
d. Sikap tidak putus asa (perseverance)
e. Sikap terbuka untuk menerima (open-mindedness)
f. Sikap mawas diri (self critism)
g. Sikap bertanggung jawab (responsibility)
h. Sikap berpikir bebas (independence in thinking)
i. Sikap kedisiplinan diri (self discipline )
Dari keseluruhan uraian tentang karakteristik IPA di atas, kiranya cukup jelas bahwa pendidikan IPA bukan sekedar berisi rumus-rumus dan teori-teori melainkan suatu proses dan sikap ilmiah untuk mendapatkan konsep-konsep ilmiah tentang alam semesta.
Berdasarkan hasil analisis terhadap berbagai paparan para pakar tentang ruang lingkup IPA maka karakteristik pendidikan IPA di SD dapat dikategorikan ke dalam 3 dimensi yaitu
1. Dimensi Produk
Dimensi produk meliputi konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori dlam IPA yang merupakan hasil rekaan manusia dalam rangka memahami dan menjelaskan alam bersama dengan berbagai fenomena yang terjadi di dalamnya. Produk IPA ( konsep, prinsip, hukum, dan teori) tidak diperoleh berdasarkan fakta semata, melainkan berdasarkan data yang telah teruji melalui serangkaian eksperimen dan menyelidikan.
Secara sederhana ada 3 jenis konsep yaitu konsep termati , konsep terdefinisi, dan konsep menyatakan hubungan. Kursi dan ruang kelas adalah contoh konsep teramati. Kita dapat memahaminya semata-mta dengan menyaksikan bentuk konkritnya, dan bukan mendefinisikannya. Energy, medan, suhu adalah contoh konsep terdefinisi. Sedangkan rumus-rumus dan kalimat matematika adalah contoh konsep menyatakan hubungan. Carin dan Sund (1989.24) mengajukan 3 kriteria bagi suatu produk IPa yang benar. Ketiga criteria tersebut adalah (1) Mampu menjelaskan fenomena yang telah diamati atau telah terjadi , (2) mampu memprediksi peristiwa yang akan terjadi, (3) Mampu diuji dengan eksperimen sejenis.
2. Dimensi Proses
Dimensi proses yaitu metode memperoleh pengetahuan yang disebut dengan metode ilmiah. Metode ini dalam IPA sekarang merupakan gabungan antara metode induksi dan deduksi. Metode gabungan ini merupakan kegiatan beranting antara deduksi dan induksi, dimana seorang peneliti mula-mula menggunakan metode induksi dalam menghubungkan pengamatan dengan hipotesis. Kemudian, secara deduksi hipotesis ini dihubungkan dengan pengetahuan yang ada untuk melihat kecocokan dan implikasinya. Setelah melewati perubahan yang dinilai perlu, hipotesis ini kemudian diuji melalui serangkaian data yang dikumpulkan secara empiris. Metode ilmiah dalam IPA memiliki kerangka dasar prosedur yang dapat dijabarkan dalam 6 langkah (1) sadar akan adanya masalah dan merumuskan masalah, (2) pengamatan dan pengumpulan data yang relevan, (3) pengklasifikasian data , (4) perumusan hipotesis, (5) pengujian hipotesis, dan (6) melakukan generalisasi.
3. Dimensi Sikap ilmiah
Dimensi sikap ilmiah adalah berbagai keyakinan, opini, dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oeh seorang ilmuwan khususnya ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru. Wynne Harlen (1987) dalam Teaching and Learning Premary Science menjelaskan sembilan sikap ilmiah yang harus dikembangkan sejak dini pada siswa sekolah dasar. Kesembilan sikap tersebut adalah
a. Sikap ingin tahu (curiousity)
b. Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality)
c. Sikap kerjasama (cooperation)
d. Sikap tidak putus asa (perseverance)
e. Sikap terbuka untuk menerima (open-mindedness)
f. Sikap mawas diri (self critism)
g. Sikap bertanggung jawab (responsibility)
h. Sikap berpikir bebas (independence in thinking)
i. Sikap kedisiplinan diri (self discipline )
Dari keseluruhan uraian tentang karakteristik IPA di atas, kiranya cukup jelas bahwa pendidikan IPA bukan sekedar berisi rumus-rumus dan teori-teori melainkan suatu proses dan sikap ilmiah untuk mendapatkan konsep-konsep ilmiah tentang alam semesta.