Kata-Kata Motivasi, Kata-Kata Bijak, Kata-Kata Mutiara, Kata-Kata Cinta, Pantun Nasehat, Pantun Jenaka, Contoh Proposal, Contoh Memo, Kata Kata 2016,

Makalah Pembelajaran di SD dan Pengelolaan Kelas

BAB I
PENGELOLAAN KELAS DAN PEMBELAJARAN DI SD

1. Pengelolaan Perabot Kelas

Kelas merupakan taman belajar bagi siswa dan menjadi tempat mereka tumbuh dan berkembang baik secara fisik, intelektual maupun emosional. Oleh karena itu kelas harus dikelola sedemikian rupa sehingga benar-benar merupakan taman belajar yang menyenangkan. Salah satu syarat terciptanya kelas yang nyaman dan menyenangkan adalah penataan perabot kelas yang baik dan teratur.

Adapun yang termasuk perabot kelas adalah segala sesuatu perlengkapan yang harus ada dan diperlukan di kelas yang meliputi : papan tulis, meja kursi guru, meja kursi siswa, almari kelas, jadwal pelajaran, papan absensi, daftar piket kelas, kalender pendidikan, gambar-gambar, tempat cuci tangan, tempat sampah, sapu dan alat pembersih lainnya, dan gambar-gambar alat peraga.

Dalam penataan ruang kelas, almari kelas dapat ditempatkan disamping papan tulis atau disamping meja guru. Jika ada almari kelas tambahan dapat ditaruh dibelakang kelas, sebaiknya almari tersebut terbuat dari kaca untuk penyimpan piagam, vandel, dan kepustakaan kelas. Pengaturan tempat perabot kelas dapat dipindah-pindahkan sesuai dengan keadaan atau kondisi di kelas.



2. Pengelolaan Tempat Duduk Siswa

Pada umumnya guru mengatur tempat duduk siswa dengan posisi meja dan kursi yang berjejer ke belakang, meja guru di depan kelas, lemari dipinggir kelas dengan peralatan di dalamnya. Siswa mengalami kesulitan dalam mengakses buku-buku di lemari dan bergerak dengan bebas di ruangan kelas. Pengaturan tempat duduk seperti itu dirasa kurang memperhatikan kebutuhan pelaksanaan PAIKEM (Pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan). Oleh karena itu, pengaturan tempat duduk siswa harus lebih variatif.

Adapun beberapa posisi tempat duduk yang variatif tersebut diantaranya:

a. Pola berderet atau berbaris berjajar

b. Pola susunan berkelompok

c. Pola formasi tapal kuda

d. Pola lingkaran atau persegi

e. Pola setengah lingkaran

(Tim Dosen PK: 2012)

Dari kelima posisi tempat duduk diatas, bentuk berderet sudah sangat umum digunakan. Yang paling efektif adalah bentuk tapal kuda, karena dengan posisi tapal kuda guru bisa lebih leluasa menyampaikan materi dan akan terlihat jika ada siswa yang melakukan perilaku menyimpang di kelas. Selain memperhatikan kebutuhan siswa, guru mengatur posisi tempat duduk juga harus memperhatikan jumlah siswa.




3. Pengelolaan Pembelajaran

Kurikulum merupakan seperangkat perencanaan dan pengaturan mengenai tujuan isi dan bahan pengajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyediaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

KTSP disusun dan dikembangkan berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1 dan 2 sebagai berikut:

1. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.

KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan pendidikan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses belajar-mengajar di sekolah. Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah memiliki keleluasaan dalam mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.


4. Pengelolaan Media dan Sarana Pembelajaran

Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran / pelatihan. Sedangkan menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya.

Sedangkan yang dimaksud dengan sarana pembelajaran adalah semua perangkat peralatan, bahan, dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pembelajaran di sekolah, beserta media atau alat-alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran. Prasarana pembelajaran adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. Seperti contohnya ruang kantor suatu tempat dimana tenaga kependidikan melakukan proses administrasi, UKS, parkiran, perpustakaan, laboratorium dan mesjid sebagai saran ibadah untuk menunjang proses pembelajaran..
BAB II
PENGELOLAAN KELAS YANG EFEKTIF DI SD NEGERI GUNUNGSABEULAH
1. Kelas III dan Kelas V

a. Kelas III

Siswa kelas III SD Negeri Gunungsabeulah berjumlah 27 orang, yang terdiri dari 11 orang laki-laki dan 16 orang siswa. Karena masih pada tahap perkembangan, karakteristik siswa di kelas III ini masih cenderung kekanak-kanakan dan senang bermain. Sehingga guru seringkali mengalami kesulitan dalam mengkondisikan siswa dikelas.

b. Kelas V

Siswa kelas V SD Negeri Gunungsabeulah berjumlah 29 orang, yang terdiri dari 17 orang perempuan dan 12 orang laki-laki. Dikelas V ini karakter siswanya sudah mulai mandiri, penurut dan memperhatikan situasi dan kondisi pembelajaran yang berlangsung. Pengelolaan kelas di kelas V sudah dapat dikatakan efektif dan kondusif.


2. Pengorganisasian KBM

Proses kegiatan belajar mengajar merupakan hal yang paling penting dilakukan di sekolah. Tanpa KBM yang baik, tidak akan tercipta sumber daya manusia yang berkualaitas. Kegiatan KBM di SDN Gunungsabeulah mengacu pada pedoman KTSP (Kurikulun Tingkat Satuan Pendidikan), dimana kelas I sampai kelas III menggunakan pendekatan pembelajaran tematik sedangkan kelas IV sampai kelas VI menggunakan pendekatan mata pelajaran.


3. Pengorganisasian Siswa di Kelas

Pengorganisasian siswa dikelas III SDN Gunungsabeulah diterapkan secara terpadu, biasanya dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti individual, berpasangan, kelompok kecil, atau klasikal. Hal ini dikarenakan pemikiran siswa kelas III masih holistik, sehingga dalam penyampaian pembelajaran lebih menekankan kepada belajar sambil bermain dengan membagi siswa kedalam beberapa kelompok, sehingga siswa akan senang dalam mengikuti pembelajaran dan guru dapat menerapkan pola pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan kepada siswa. Sedangkan dikelas V pengorganisasian siswa dikelas cenderung pada pola belajar inkuiri dan diskoveri, siswa dituntut untuk dapat menggali sendiri bahan belajar, guru hanya memberikan rambu-rambu dalam pembelajaran selebihnya siswa yang mencari dan menggali sendiri pembelajaran tersebut.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat pengorganisasian siswa di kelas antara lain:

a. Jenis kegiatan

b. Tujuan kegiatan

c. Keterlibatan siswa

d. Waktu belajar

e. Ketersediaan sarana dan prasarana

Hal yang sangat penting lagi yakni keragaman karakteristik siswa. Guru harus memahami bahwa setiap siswa memiliki karakteristik berbeda satu sama lain. Untuk itu perlu dirancang kegiatan belajar mengajar dengan suasana yang memungkinkan siswa memperoleh peluang yang sama untuk menunjukkan dan mengembangkan potensi yang dimilikinya.

4. Penataan Ruangan atau Kelas

Penataan ruangan kelas beserta isinya merupakan hal yang perlu diperhatikan guna terciptanya iklim pembelajaran yang kondusif. Pada prinsipnya suasana kelas yang kondusif adalah ruang kelas yang menarik, efektif dan mendukung siswa dan guru dalam proses pembelajaran.

Menurut Loisell ( dalam Winataputra, 1998: 17-19) ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam penataan ruangan kelas diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Visibility ( Keleluasaan Pandangan)

Visibility artinya penempatan dan penataan barang-barang di dalam kelas tidak mengganggu pandangan siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat memandang guru, benda atau kegiatan yang sedang berlangsung. Begitu pula guru harus dapat memandang semua siswa kegiatan pembelajaran.

b. Accesibility (mudah dicapai)

Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa untuk meraih atau mengambil barang-barang yang dibutuhkan selama proses pembelajaran. Selain itu jarak antar tempat duduk harus cukup untuk dilalui oleh siswa sehingga siswa dapat bergerak dengan mudah dan tidak mengganggu siswa lain yang sedang bekerja.

c. Fleksibilitas (Keluwesan)

Barang-barang di dalam kelas hendaknya mudah ditata dan dipindahkan yang disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. Seperti penataan tempat duduk yang perlu dirubah jika proses pembelajaran menggunakan metode diskusi, dan kerja kelompok.

d. Kenyamanan

Kenyamanan disini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara, dan kepadatan kelas.

e. Keindahan
Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru menata ruang kelas yang menyenangkan dan kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas yang indah dan menyenangkan dapat berengaruh positif pada sikap dan tingkah laku siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.

Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak duduk bekelompok dan memudahkan guru bergerak secara leluasa untuk membantu dan memantau tingkah laku siswa dalam belajar.

Penempatan dan penataan barang-barang didalam kelas (visibility) di kelas III dan V di SD Negeri Gunungsabeulah sudah cukup rapi terlihat dari penempatan perabot kelas yang tidak menghalangi pandangan kemudian media yang dipajang tersusun rapi dalam kelas,

Media yang dipajang mudah dicapai serta dalam ukuran besar sehingga siswa dapat mempelajarinya walaupun dalam jarak yang agak jauh atau ujung barisan tempat duduk. Hasil karya siswa juga dipajang dalam kelas sehingga hasil karya tersebut diharapkan dapat menjadikan motivasi bagi siswa untuk dapat giat belajar lagi dan bisa sebagai media penunjang dalam pembelajaran nantinya.

5. Penataan Perabot Kelas dan Media Pembelajaran

Penataan perabot kelas dan media pembelajaran di kelas III dan kelas V SD Negeri Gunungsabeulah sudah cukup rapih. Lemari buku yang berisi buku paket, atlas, globe kecil dan alat-alat peraga sains terletak di sudut kiri kelas. Sehingga mudah dijangkau oleh seluruh siswa jika buku dan alat-alat peraga tersebut dibutuhkan pada saat pembelajaran. Pemeliharaan terhadap barang-barang dikelas pun dilakukan secara berkala oleh piket kebersihan kelas. Hal itu dimaksudkan agar buku-buku dan alat peraga yang terdapat didalam kelas tetap terjaga kebersihannya dengan baik. Adapun media pembelajaran lain seperti poster, peta, dan juga karya siswa dipajang di dinding ruangan kelas.


6. Pendekatan Pengelolaan Kelas yang Digunakan Berikut Alasannya

Menciptakan kondisi dan kelas yang efektif, kondusif dan menyenangkan merupakan harapan untuk peran guru sebagai seorang manajer dikelasnya. Oleh karena itu, guru harus mengajar berdasarkan pada kerangka acuan pendekatan manajemen atau pengelolaan kelas. Adapun pendekatan pengelolaan kelas yang digunakan di kelas III SD Negeri Gunungsabeulah adalah pendekatan otoriter, yaitu pengelolaan kelas yang memandang bahwa manajerial kelas sebagai suatu pendekatan pengendalian prilaku siswa oleh guru secara manusiawi.

Tujuan dari pendekatan otoriter ini adalah untuk mengendalikan prilaku siswa di kelas III yang cenderung gaduh dan masih suka bermain. Sedangkan di kelas V SD Negeri Gunungsabeulah digunakan pendekatan buku masak, yaitu pendekatan berbentuk rekomendasi yang berisi hal-hal yang harus atau tidak harus dilakukan oleh seorang guru apabila menghadapi berbagai macam masalah manajemen kelas. Contoh khas pernyataannya :

- Selalu menegur siswa secara empat mata,

- Jangan meninggikan suara saat memperingatkan siswa,

- Jangan pandang bulu dalam memberikan penghargaan,

- Senantiasa meyakinkan lebih dahulu kesalahan siswa, sebelum menjatuhkan hukuman, dan

- Konsekuen dalam menegakkan peraturan

Alasan menggunakan pendekatan buku masak ini adalah karena siswa di kelas V sudah lebih mandiri, sehingga mereka dapat lebih mengerti dan mengetahui dengan sendirinya terhadap prilaku menyimpang yang telah dilakukannya itu yang tercermin dari sikap guru yang tidak biasa memperlakukanya dan kurang baik terhadap dirinya, sehingga dengan begitu siswa dapat berpikir sendiri bagaimana cara mengubah perilaku menyimpangnya tersebut dan dapat berprilaku lebih baik lagi dikemudian hari.
7. Pembinaan Disiplin Kelas

Berlangsungnya proses belajar mengajar di dalam kelas dengan suasana yang harmonis dimana guru dapat menyampaikan bahan pelajaran dengan baik dan murid dapat belajar atau mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru dengan baik pula tergantung sekali kepada disiplin kelas. Disiplin kelas adalah keadaan tertib dalam suatu kelas yang didalamnya tergabung guru dan siswa taat kepada tata tertib yang telah ditetapkan.

Secara keseluruhan pembinaan kedisiplinan kelas di kelas III dan kelas V SD Negeri Gunungsabeulah sudah lumayan baik dilihat dari proses pembelajaran di kelas yang sudah cukup tertib dan teratur. Tujuan dari disiplin kelas ini bukan melarang kebebasan atau penekanan terhadap siswa, melainkan memberikan siswa kebebasan untuk berbuat secara bertanggung jawab sesuai dengan kemampuan yang siswa miliki. Selain itu, tujuan dari disiplin kelas ini adalah untuk meningkatkan kehidupan mental yang sehat bagi siswa.


8. Masalah Kelas dan Penanggulangannya

Dalam proses berlangsungnya kegiatan belajar mengajar seringkali guru mendapatkan banyak permasalahan didalam kelas, baik masalah perorangan maupun masalah kelompok.

a. Masalah Perorangan

Beberapa penyimpangan prilaku perorangan yang terjadi dikelas III dan kelas V diantaranya adalah sebagai berikut:

- Di kelas III, ada beberapa siswa yang seringkali berperilaku menarik perhatian orang lain dengan bersikap nakal, terus menerus menganggu temannya dan gaduh dikelas.

- Dikelas V ada seorang siswa yang memperlihatkan ketidakmampuannya dalam berinteraksi dengan lingkungan kelasnya, cenderung pendiam dan memisahkan diri. Sehingga saat proses pembelajaran berlangsung siswa tersebut pasif dan susah menerima pelajaran.

b. Masalah kelompok

Masalah kelompok yang sering muncul khususnya terjadi dikelas V adalah kekurang kompakan. Hal ini seringkali menimbulkan sikap tak acuh diantara siswa yang satu dengan yang lainnya.

Cara menanggulangi masalah baik masalah perorangan maupun kelompok yaitu guru terlebih dahulu harus benar-benar mampu mengenali dan memahami secara tepat arah tingkah laku siswa, agar guru mampu menangani masalah siswa secara tepat, langkah pertama yaitu memberikan pengertian kepada siswa bahwa semua siswa mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pengetahuan tidak memilih dan memilah dalam memberikannya, begitu juga siswa diharapkan dapat belajar secara baik dan bertingkah laku secara wajar dibalik perbedaan karakteristik dari masing-masing siswa.
BAB III
PENGALAMANKU DI KELAS

1. Pengalaman Menata Kelas

a. Mata Pelajaran : IPS

b. Kelas/ Jam Ke : III/ 1

c. Metode atau Strategi yang Digunakan

Metode yang digunakan diantaranya metode ceramah dan diskusi.

d. Media atau alat Peraga yang Dipakai

Media atau alat peraga yang digunakan adalah kertas kotak kata, beberapa uang kertas dan uang logam yang berlaku sekarang, dan contoh kertas wesel.

e. Respon Siswa

Berdasarkan pengamatan observer pada saat proses pembelajaran berlangsung, siswa lebih aktif dan sangat antusias.

f. Respon Guru Kelas

Guru kelas III menilai proses pembelajaran yang telah diberikan oleh praktikan cukup baik dan efektif, baik dalam penyampaian materi maupun pengelolaan kelasnya. Adapun beliau memberikan saran tentang efisiensi waktu yang harus lebih diperhatikan dan pengelolaan disiplin kelas yang harus lebih ditingkatkan.

g. Respon Anda Sendiri

Praktikan banyak mendapatkan pengalaman dan wawasan yang sangat berharga tentang bagaimana cara mengajar dan mengelola kelas dengan baik. Selain itu, silaturahmi dengan pihak sekolah dirasa sangat menyenangkan dan memberikan motivasi yang sangat luar biasa sebagai bekal untuk menjadi seorang guru yang profesional di masa depan kelak.


2. Pengalaman Menggunakan Pendekatan Pengelolaan Kelas

a. Kelas : V

b. Jenis Pendekatan yang Dipakai

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan proses kelompok

c. Jenis Kegiatan Kelas

Jenis kegiatan kelasnya adalah diskusi kelompok. Setiap kelompok ditugaskan untuk mengamati cara tumbuhan beradaptasi terhadap lingkungannya.

d. Kelebihan

Siswa lebih antusias dalam proses pembelajaran karena pembelajaran dilakukan di luar kelas sehingga siswa merasa tidak bosan. Selain itu, bimbingan yang diberikan oleh guru pada saat siswa diskusi kelompok membuat siswa lebih aktif dan lebih kompak pada saat berdiskusi, proses pembelajaran pun berlangsung kondusif.

e. Kelemahan

Siswa yang kurang aktif merasa terasing dan terisolasi karena kurang mampu mengemukakan pendapat dalam kelompoknya.

f. Respon Guru Kelas

Guru kelas memberikan saran kepada praktikan agar lebih teliti dalam mengontrol perilaku setiap siswa sehingga tidak ada siswa yang pasif dan merasa terasing demi menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang menunjang terciptanya situasi belajar yang menguntungkan agar terciptanya situasi kelompok kelas yang efektif dan produktif.


3. Pengalaman Menangani Masalah Kelas

a. Kelas : III

b. Jenis Masalah Kelas

Siswa seringkali menarik perhatian orang lain dengan bersikap nakal dan rewel dikelas.

c. Faktor Penyebab Masalah Kelas

Setelah dilakukan identifikasi masalah, kurangnya perhatian orang tua di rumah menjadi faktor penyebab siswa berperilaku menyimpang.

d. Upaya Mengatasi Masalah

Upaya yang dilakukan dalam memecahkan masalah, diantaranya adalah :

- Dengan melakukan pendekatan lebih intensif kepada anak tersebut dan memberikan pengertian kepada orang tuanya agar lebih memperhatikan perkembangan anaknya.

- Memberikan bimbingan dan perhatian kepada siswa agar siswa merasa lebih nyaman pada saat berada dikelas.

- Memisahkan tempat duduk siswa yang sering menarik perhatian orang lain agar tidak mengganggu teman-temannya.

e. Hasil Akhir

Setelah dilakukan upaya untuk menanggulangi masalah yang muncul, perubahan tingkah laku siswa ke arah yang lebih baik sudah mulai terlihat meskipun belum sepenuhnya. Rasa ingin menarik perhatian dengan perilaku yang menyimpang pun sudah mulai berkurang, siswa lebih fokus mengikuti pelajaran yang diberikan.

BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Kesimpulan

Pengelolaan kelas merupakan hal yang sangat penting dalam upaya menciptakan proses belajar mengajar yang berlangsung secara kondusif, efektif dan menyenangkan. Berdasarkan hasil observasi dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas di SD Negeri Gunungsabeulah khususnya kelas III dan kelas V sudah cukup baik. Hal ini terlihat dari penataan ruang kelas yang cukup rapih, pengorganisasian siswa secara terpadu dan menyeluruh, serta pembinaan disiplin kelas yang cukup tertib dan teratur.
2. Rekomendasi

Adapun yang menjadi rekomendasi sebagai tindak lanjut dari hasil observasi yang telah dilakukan di SD Negeri Gunungsabeulah adalah bahwasanya meskipun sudah cukup baik pengelolaan kelas di sekolah tersebut harus senantiasa ditingkatkan agar pencapaian tujuan pendidikan dapat dilakukan secara lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

TIM DOSEN PK Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya. 2012. Intisari Bahan Perkuliahan Pengelolaan Kelas di SD. Tasikmalaya.
Facebook Twitter Google+
Back To Top